Sabtu, 13 Maret 2010

Alkohol Pengganti bahan bakar kompor sampai motor


Alkohol hasil penyulingan tradisional sering diidentikkan dengan minuman keras. Padahal, alkohol itu sudah diturunkan jauh dari kadar aslinya. Jika saja alkohol hasil penyulingan tradisional itu dipertahankan pada kadar asalnya yang mencapai 70-80 persen, justru lebih banyak manfaatnya.

Bukan cuma banyak manfaat, melainkan peluang pasarnya pun terbuka sangat lebar. Keuntungannya pun bisa sangat besar. Sayang, masih sedikit kalangan yang memanfaatkan alkohol hasil penyulingan tradisional itu. Di antara yang sedikit itu, antara lain Soelaiman Budi Sunarto, pendiri Koperasi Serba Usaha Agro Makmur di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Dengan sentuhan inovasi dan kreativitasnya, alkohol hasil penyulingan tradisional berkadar tengah 80 persen, digunakan untuk bahan bakar kendaraan. Adapun alkohol kadar rendah sampai 30 persen digunakan untuk kompor rumah tangga.

”Selain bermanfaat untuk masyarakat banyak, penggunaan alkohol ini juga memberikan sumbangan pada pencegahan global warming. Pemanasan global,” ujar Budi.

Saat mengunjungi Redaksi Kompas, Rabu (10/3) malam, Budi menunjukkan, tiga hasil inovasinya yang semuanya memanfaatkan alkohol. Alkohol itu bisa diperolehnya dari hasil fermentasi singkong, sekam padi, bahkan sampah sayur-sayuran yang mudah diperoleh dan jumlahnya melimpah di pasar-pasar tradisional.

”Asal mau memanfaatkan sumber daya setempat, masyarakat bisa memproduksi alkohol dan selanjutnya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.

Untuk kompor berbahan bakar alkohol, misalnya, Budi menunjukkan transduser. Alat ini sangat mudah diperoleh di toko-toko yang menjual perlengkapan akuarium. Alat ini biasanya digunakan untuk penggelembung udara pada kolam atau akuarium. Harganya sekitar Rp 90.000 per unit.

Di tangan Budi, transduser ditaruh dalam larutan alkohol kadar 30 persen sehingga menghasilkan gelembung gas yang bisa dibakar. Hasil pembakaran inilah yang dimanfaatkan sebagai kompor alkohol kadar rendah 30 persen.

”Sangat sederhana sehingga masyarakat desa pun bisa membuatnya,” ujar Budi.

Suryadi, periset di Pusat Teknologi Limbah Radioaktif Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), yang mendampingi Budi, mengatakan, transduser berfungsi memecahkan molekul-molekul air. Kemudian memisahkannya dengan molekul alkohol. ”Akibatnya, alkohol itu menjadi mudah terbakar. Karena terpecah menjadi sangat kecil, molekul-molekul air ikut terbakar pula,” kata Suryadi.

Tanpa transduser, alkohol kadar 30 persen sulit terbakar sehingga sangat aman dari risiko meledak atau kebakaran.

Diuji coba

Kedua peralatan lainnya berupa pengabut alkohol kadar 80 persen dan penguat api pada busi. Pada akhir Januari 2010, kedua peralatan itu diuji coba di Pusat Inkubator Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Tangerang.

Direktur Eksekutif Institut for Science and Engineering Development (ISED) pada Pusat Inkubator Teknologi BPPT Dr Ing Pudji Untoro menyatakan, kedua alat tersebut, yang disebut sebagai magnetic vortex power dan penguat api busi, telah teruji.

Sepeda motor dua tak dengan beban dua orang mampu dijalankan. Satu liter alkohol kadar 80 persen teruji mampu menempuh jarak 35 kilometer.

Sepeda motor empat tak juga diuji dengan kedua peralatan tersebut dengan bahan bakar alkohol kadar 80 persen. Hasil uji coba dengan beban pengendara yang sama mampu menempuh jarak 40 kilometer per liter.

Uji coba masih dijalankan lagi untuk genset. Generator berkapasitas 1.000 watt dipasangi magnetic vortex power dan pembesar api, ternyata juga dapat dinyalakan dengan alkohol kadar 85 persen. Hasilnya, genset menyala 50 menit per liter dengan beban pemakaian listrik 500 watt.

Inspirasi kebakaran

Budi mengatakan, teknologi penggunaan bahan bakar alkohol kadar tengah diinspirasi peristiwa kebakaran. Ketika terjadi kebakaran dengan api yang besar, lalu disiram air seember, justru nyalanya makin membesar. ”Kesimpulannya, air dengan kadar tertentu bisa memperbesar pembakaran,” kata Budi.

Kemudian, Budi merangkai penguat arus listrik yang bisa menghasilkan api busi kendaraan menjadi lebih besar. Peralatan itu dibuat dengan kapasitor elektronik 500 mikrofarad 50 volt untuk sepeda motor, dan 1.000 mikrofarad 100 volt untuk mobil.

”Untuk mendapatkan kapasitor itu, tinggal beli saja di toko-toko peralatan elektronik. Harganya sekitar Rp 25.000 per unit,” kata Suryadi.

Nyala api busi terbukti lebih besar. Api busi membiru dan mampu menjilat kutub lain berjarak sampai dua sentimeter.

Selanjutnya, Budi menggagas untuk mengabutkan alkohol kadar 80 persen supaya menjadi lebih mudah terbakar. Maka, dibuatlah magnetic vortex power.

Budi membuat alat ini dengan material limbah meliputi logam magnet lingkaran bekas pengeras suara dengan diameter 4 sentimeter sebanyak 10 buah, pipa tembaga berdiameter 0,5 sentimeter sepanjang 50 sentimeter, dan besi tabung berdiameter 4 sentimeter sepanjang 18 sentimeter. Hasilnya, bahan bakar motor irit luar biasa! (
kompas.com/ humasristek)

Minggu, 21 Februari 2010

Budidaya Sapi Potong



Usaha peternakan sapi potong di Indonesia
telah lama dikenal masyarakat. Agar usaha ini
dapat memberikan keuntungan yang optimal
bagi pemiliknya maka perlu diperhatikan
bebrapa hal yang menyangkut Manajemen
pemeliharaan ternak sapi potong, antara lain :
1. Seleksi Bibit
a. Pejantan : Seleksi menyangkut kesehatan
fisik, kualitas semen dan kapasitas servis.
b. Betina : Seleksi menyangkut kondisi
fisik dan kesehatan, kemiringan vulva
tidak terlalu keatas, mempunyai puting 4
buah, bentuk ambing relatif besar dengan
bentuk yang simetris.
2. Pakan
Pakan untuk ternak sapi potong dapat
berupa Hijauan (rumput, kacang-kacangan
dan limbah pertanian), konsentrat (dedak
padi, onggok, ampas tahu) dan makanan
tambahan (vitamin, mineral dan urea.).
Secara umum jumlah makanan yang
diberikan untuk seekor sapi setiap hari
adalah sebagai berikut :
- Hijauan : 35 - 47 Kg, atau bervariasi
menurut berat dan besar badan.
- Konsentrat : 2 - 5 kg
Pakan tambahan : 30 - 50 gr.
3. Kandang
a. Syarat Kandang
- Bahan kandang dari kayu/ bambu serta
kuat
- Letak kandang terpisah dari rumah dan
jaraknya cukup jauh
- Lantai dari semen/tanah yang dipadatkan,
dan harus dibuat lebih tinggi dari tanah
sekitarnya.
- Ventilasi udara dalam kandang harus baik.
- Drainase di dalam dan luar kandang harus
baik.
b. Ukuran kandang
- Sapi betina dewasa 1,5 X 2 m/ekor
- Sapi jantan dewasa 1,8 X 2 m/ekor
- Anak sapi 1,5 X 2 m/ekorS
4. Sistem Perkawinan
a. Hand Mating
Kawin alam yang teratur dimana sapi
betina birahi dibawa ke tempat pejantan
untuk dikawinkan atau di IB.
b. Pasture Mating
Jantan dan betina kawin alam di padang
pengembalaan
c. Mengetahui Tanda Birahi
tanda-tanda birahi yaitu ; selalu gelisah,
mencoba menaiki sapi lain, vulva
membesar dan kemerahan serta keluar
cairan lendir, nafsu makan menurun.
d. Mengetahui Tanda-tanda
Melahirkan
Tanda melahirkan seperti urat daging
sekitar vulva mengendor, dikiri kanan
pangkal ekorkelihatan legok, ambing
membesar dan tampak tegang, sapi
gelisah dll.
5. Kesehatan Hewan
Tindak pencegahan :
a. Hindari kontak dengan ternak sakit
b. Kandang selalu bersih
c. Isolasi sapi yang di duga kena penyakit
agar tidak menular ke sapi yang lain
d. Mengadakan tes kesehatan, khususnya
penyakit Brucellosis dan Tuberculosis.
e. Desinfektan kandang dan peralatan
f. Vaksinasi teratur.
Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang
sapi seperti : Antrax, Ngorok, Keluron dan lainlain.
Untuk mencegah penyakit dapat dilakukan
vaksinasi secara teratur dan pemberian obat
sesuai jenis penyakit yang menyerang.
6. Tatalaksana Pemeliharaan
Tatalaksana pemeliharaan dapat dibagi 3
sesuai tujuan pemeliharaan :
a. Tujuan untuk menghasilkan anak. Induk
dan anak dipelihara bersama sampai anak
disapih umur 6 - 8 bulan dan kemudian
anak dijual.
b. Tujuan untuk menambah dan
memperbaiki kualitas daging.
penggemukan dapat dilakukan di kandang
atau padang rumput. Lama penggemukan
tergantung umur sapi. Bila umur 1 - 2
tahun dibutuhkan waktu 6 bulan. Bila
umur sapi dewasa 2 - 3 tahun dibutuhkan
waktu 4 bulan.
c. Tujuan untuk bibit. Dipelihara sapi-sapi
jantan dan betina dari jenis unggul.
7. Pemasaran
Pemasaran hasil ternak dapat
dikoordinasikan dengan kelompok tani atau
koperasi, dengan demikian biaya dapat
ditanggung besama-sama.
Produk dapat dipasarkan berupa daging atau
ternak hidup, dan sebaiknya memilih standar
harga per kg berat hidup

Jenis Abalon Di Indonesia (Type Abalone In Indonesia)


Ada 11 jenis haliotidae di Indonesia yaitu :

  1. Haliotis asinina Lenneaus, 1978
  2. Haliotis squamata Revee, 1846
  3. Haliotis rubra Leach, 1814. Syn.: naevosa Philippi, 1844
  4. Haliotis ovina Gmelin, 1791
  5. Haliotis volcanius Patamakanthin & Ng, 2002
  6. Haliotis varia Linneaus, 1758
  7. Haliotis dissona iredale, 1929
  8. Haliotis planate Sowerby, 1833
  9. Haliotis glabra Gmelin, 1971
  10. Haliotis dohraniana Dunker, 1863
  11. Haliotis crebrisculpta Sowerby, 1914